Al-Battani awalnya hidup dikalangan komunitas Sekte Sabian, suatu sekte pemuja bintang yang religious dari Harran. Orang-orang sabian mempunyai motivasi yang kuat untuk mempelajari ilmu perbintangan. Mereka banyak menghasilkan para ahlimatematika dan ahli falak terkemuka seperti Thabit ibn Qurra. Namun Al-Battani bukan seorang sabian, dari nama yang melekat pada dirinya menunjukkan bahwa ia seorang muslim.
Ditilik dari latar belakang keluarganya, Al-Battani memiliki keturunan darah ilmuwan. Ayahandanya yang bernama Jabir ibn Sin’an juga seorang pakar sains terkenal. Sang ayah telah mengarahkan Al-Battani untuk menekuni dunia pengetahuan sejak kecil. Menginjak remaja ia berhijrah ke Raqqa yang terletak di pinggir Euprates, untuk menekuni bidang sains.
Pada penghujung abad ke-9, Al-Battani hijrah ke Samara, dan bekerja disana hingga ia meninggal dunia pada 929M. Sejak tahun 877 sampai 929M,Al-Battani telah membuat banyak kajian dan pelajaran dalam bidang astronomi hingga berhasil menemukan berbagai karya ilmiah.
Al-Battani melakukan pengamatan astronomi yang akurat di Antioch dan Ar-Raqqah di Syria, sebuah kota yang makmur pada masa Harun Al-Rashid. Di kota ini Al-Battani banyak membuat pengamatan.
Al-Battani membuat pembetulan pada kajian Ptolemy dan mengubah perkiraan orbit bulan serta beberapa planet. Ia membuktikan kemungkinan annular gerhana matahari dan menyatakan dengan yakin dan tepa tentang kecondongan musim serta ukuran pertengahan orbit eliptik, jarak jangka panjang masa setahun di tropika dan musimnya, juga ukuran dan pertengahan orbit matahari.
Pengamatan Al-Battani terhadap gerak matahari dan bulan dalam setahun yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit, dan 24 detik. Pengamatan brilian ini masih digunakan sampai detik ini. Bahkan hitungannya terhadap jarak matahari dengan bumi berselisih sedikit sekali dengan hitungan ilmuwan modern saat ini yang telah ditunjang berbagai peralatan canggih. Al-Battani menemukan antara garis bujur matahari dan jaraknya dengan bumi brtambah sebanyak 16° 47’ dari perkiraan Ptolemy. Perbandingan mencolok antara Ptolemy dan Al-Battani, ia membuktikan variasi garis pusat matahari dan kemungkinan annular gerhana.
Al-Battani mengamati awal orbit bulan dan planet-planet serta menyiapkan teori baru untuk menetapkan keadaan terang di bulan.
Dunthome, pada tahun 1749, menggunakan kajian ulung Al-Battani mengenai bulan dan gerhana solar untuk memastikan kecepatan pergerakan bulan. Al-Battani banyak membuat penetapan kajian astronomi yang tepat. Al-Battani juga menyiapkan penyelesaian asli untuk masalah dalam bulatan trigonometri (ukur segitiga) menggunakan anjuran system ejaan yang teratur. Sebagai contoh ia member rumusan trigonometri penting untuk segitiga siku-siku yang benar yaitu: b sin (A) = sin (90₀ - A).
Kemashuran Al-Battani adalah dalam bidang ilmu hisab dengan menggunaakan nisbah trigonometri seperti yang kita gunakan hari ini. Ia orang pertama yang menggantikan ‘Greek chords by Sines’ ia juga memajukan konsep contangent dan melengkapi daftarnya dengan ukuran darjah.
Joseph Hell mencatat bahwa “Domain trigonometri dalam teori sine, cosine dan tangent berasal dari Arab. Zaman keunggulan Peurbach dari Regiomontanus, Copernikus, tidak dapat dikenang tampa mengimbas kembali tentang kepentingan dan usaha persiapan oleh ahli hisab Arab”.
Al-Battani banyak menulis buku-buku astronomi dan trigonometri. Bukunya yang terkenal ialah mengenai astronomi dalam daftar yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12, bertajuk De Scienta Stellarum – De Numeris Stellarum et Motibus. Bab ke-13 dalam bukunya mengenai astronomi bertumpu pada trigonometri. Tetapi sangat disayangkan, dunia Islam tidak mempunyai dokumen asli buku monumental ini. Terjemahan lama buku ini terdapat di Vatikan.
Satu lagi bukunya, Al-Zij, terdapat di C.A Nullino di Roma pada 1899. Karangannya yang mendalam dalam astronomi begitu berpengaruh di Eropa hingga ke zaman pembaruan, dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Beer dan Madler juga menyebut mengenai sifat pemukaan bulan dalam hasil kerja mereka yang terkenal yaitu Der Mond (1837), setelah Al-Battani (Albategnius). Der Mond adalah batu datar sepanjang 80 km dari garis pusat dalam seksyen 1, dikelilingi gunung-gunung yang berukuran tinggi 10-14 kaki, beberapa kawah gunung berapi dan lubang berbentuk piring.
Penemuan asli Al-Battani dalam bidang astronomi dan trigonometri memberi kesan yang amat mendalam dalam perkembangan sains, terutama sekali pada zaman pertengahan. Dalam bukunya ‘De Revolutionibus Orbium Clestium’, Copernicus menyatakan penghargaannya pada Battani.
Masih banyak sosok ilmuwan muslim lainnya sekaliber Al-Battani yang belum banyak diketahui generasi Islam saat ini. Umumnya, dunia ilmu pengetahuan lebih mengenal ilmuwan Eropa daripada ilmuwan muslim. Padahal fakta sejarah menunjukkan, dunia barat banyak mengadopsi karya ilmuwan muslim. Karya Al-Battani yang monumental hanyalah satu contoh diantaranya.