Home » Posts filed under astronomi
Showing posts with label astronomi. Show all posts
Showing posts with label astronomi. Show all posts
Orion Nebula
Beberapa pemandangan astronomi yang merangsang imajinasi seperti pembibitan bintang (stellar nursery) di dekatnya yang dikenal sebagai Orion Nebula. Gas Nebula yang bersinar mengelilingi bintang muda di tepi awan molekul besar antarbintang. Banyak struktur filamen terlihat pada gambar di atas yang sebenarnya adalah gelombang kejut, dimana material yang bergerak cepat bertemu gas yang bergerak lambat. Orion Nebula mencakup sekitar 40 tahun cahaya dan terletak sekitar 1500 tahun cahaya di lengan spiral yang sama dengan Matahari kita pada Galaxy Milky Way (Bima Sakti). Orion Nebula dapat ditemukan dengan mata telanjang dan dapat dengan mudah diidentifikasi di bawah dan ke kiri dari sabuk tiga bintang di konstelasi Orion yang populer. Gambar di atas menunjukkan nebula dalam tiga warna khusus yang diemisikan oleh hidrogen, oksigen, dan gas belerang. Orion Nebula merupakan awan kompleks, yang meliputi Nebula Horsehead, yang perlahan-lahan akan menyebar selama 100.000 tahun ke depan.
Sumber: http://apod.nasa.gov/apod/ap130604.html
Dari Makrokosmos ke Mikrokosmos Alam Semesta
Dalam gambar GIF di bawah ini, kita akan mulai dengan pandangan yang sangat luas dari alam semesta, dan mulai memperbesar pangkat meter 10x pada suatu waktu. Ini adalah animasi yang brilian dimana menampilkan berbagai benda langit, termasuk galaksi kita Milky Way atau galaksi Bima Sakti dan tata surya Sol.
Kemudian kita menuju Planet Bumi, dan mulai untuk memperbesar tembakan udara dari daerah berhutan lepas pantai Teluk Meksiko. Pandangan kita berlanjut ke ranah mikroskopis, dalam sel-sel tanaman dan ke dalam struktur atom.
Untuk pandangan yang lebih visual lainnya yang lebih menakjubkan dan inspiratif dengan skala yang universal (baik besar dan kecil) dapat ditemukan di:
The Scale of the Universe Interactive by NASA
http://apod.nasa.gov/apod/ap120312.html
Interactive Map to our Solar System
http://www.solarsystemscope.com/scope.swf
Interactive Scale of the Universe
http://www.scaleofuniverse.com/
Seberapa Besar Ukuran dan Kekuatan Ledakan Meteor yang Terjadi di Rusia?
Para ilmuwan telah menghitung perkiraan mereka tentang seberapa besar ukuran dan kekuatan serangan asteroid yang paling banyak disaksikan dalam sejarah modern. Perkiraan ukuran menempatkan obyek yang menyebabkan ledakan meteor di langit Rusia yang merupakan asteroid yang cukup besar untuk menyebabkan kerusakan, namun cukup kecil untuk dapat terdeteksi.
Perkiraan baru berdasarkan rilis tambahan dari jaringan sensor yang dibangun untuk mendeteksi ledakan nuklir, menunjukkan bahwa meteor menghasilkan energi setara hampir 500 kiloton TNT. Itu sekitar 30 kali kekuatan bom atom Hiroshima.
Para ahli telah menilai tingkat ledakan meteor menggunakan jaringan sensor infrasonik yang dibentuk di bawah naungan Comprehensive Test Ban Treaty untuk memeriksa perubahan tekanan atmosfer yang disebabkan oleh ledakan nuklir.
NASA Jet Propulsion Laboratory dalam sebuah pernyataan mengungkapkan, "Perkiraan terbaru ini dihasilkan menggunakan data baru yang telah dikumpulkan oleh lima stasiun infrasonik tambahan yang terletak di seluruh dunia - rekaman pertama dari ledakan meteor tersebut berada di Alaska, lebih dari 6.500 kilometer jauhnya dari Chelyabinsk."
NASA mengatakan obyek Chelyabinsk mempunyai ukuran sekitar 55 kaki (17 meter) dengan massa 10.000 ton sebelum memasuki atmosfir bumi.
Salah satu pecahan meteor jatuh di sebuah danau beku sekitar 50 mil (80 kilometer) barat dari Chelyabinsk, diduga fragmen meteorit membuat lubang di es selebar 6 meter. Pencari telah menemukan fragmen sebesar setengah inci yang mungkin berasal dari meteor tersebut.
Para ahli menekankan sekali lagi bahwa lintasan meteor secara signifikan berbeda dari jalur asteroid 2012 DA14, yang mempunyai ukuran 150 kaki (45 meter). Batu ruang angkasa ini tidak berbahaya karena berada dalam jarak 17.200 mil (27.600 kilometer) dari Bumi.
Badan antariksa Rusia mengatakan meteor yang meledak di Chelyabinsk adalah yang terbesar dilaporkan sejak 1908, ketika sebuah asteroid seukuran 2012 DA14 meledak di daerah hutan terpencil di wilayah Tunguska Siberia. Ledakan meratakan jutaan pohon seluas 820 mil persegi, tapi tidak banyak orang yang menyaksikan. Sedangkan kejadian hari Jumat terjadi di tengan kota berpenduduk 1,1 juta jiwa, dan ratusan juta lebih menonton video yang didistribusikan melalui Internet.
Para astronom memperkirakan bahwa ada sekitar satu juta objek dekat Bumi yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 100 meter (330 kaki) yang berpotensi menimbulkan bahaya, dan hanya sekitar 1 persen dari asteroid tersebut yang telah di data. Untuk saat ini, NASA berfokus pada mendeteksi dan melacak asteroid dekat Bumi yang lebih luas dari 100 meter. Sementara untuk asteroid yang lebih kecil tidak menjadi prioritas NASA.
NASA Temukan galaxy terjauh yang pernah dilihat menggunakan teleskop Hubble
Para astronom telah melihat tujuh galaksi yang telah ada hanya beberapa ratus juta tahun setelah kelahiran alam semesta, termasuk salah satu yang mungkin tertua yang ditemukan sampai saat ini.
Galaksi yang berpotensi sebagai pemegang rekor tertua, yang dikenal sebagai UDFj-39546284, kemungkinan ada ketika alam semesta hanya 380 juta tahun, dan mungkin galaksi terjauh yang pernah dilihat, kata para peneliti. Enam galaksi terjauh lainnya semua terbentuk dalam 600 juta tahun dari Big Bang, dimana alam semesta kita tercipta 13,7 miliar tahun yang lalu.
UDFj-39546284 terdeteksi sebelumnya, dan peneliti berpikir itu terbentuk hanya 500 juta tahun atau lebih setelah Big Bang. Pengamatan baru NASA dibuat dengan menggunakan Hubble Space Telescope, mendorong waktu pembentukan yang kemungkinan kembali lebih jauh.
Tujuh galaksi ini merupakan sensus galaksi yang dapat dipercaya sebagai zaman pertama sekitar 400,000,000-600.000.000 tahun setelah kelahiran alam semesta, kata para peneliti. Sensus ini mendeteksi peningkatan yang stabil dalam galaksi selama periode ini, menunjukkan bahwa pembentukan bintang dan galaksi pertama yang disebut "cosmic dawn" - terjadi secara bertahap.
LIHAT JUGA: Galeri: Foto Spectacular Hubble
Peneliti mengarahkan Hubble pada sepetak kecil langit yang dikenal sebagai Hubble Ultra Deep Field, pengamatan dilakukan selama berjam-jam untuk melihat obyek yang jauh dan sangat samar. Para peneliti menggunakan Wide Field Camera untuk mempelajari bidang di dekat panjang gelombang inframerah selama bulan Agustus dan September 2012.
Para astronom menggunakan filter khusus untuk mengukur redshifts galaksi, seberapa banyak cahaya yang telah membentang oleh perluasan ruang. Dari redshifts, para peneliti mampu menghitung jarak ke setiap galaksi, juga mengungkap umur galaksi tersebut.
Data baru Hubble "berasal dari penggalian arkeologi terbesar yang kita miliki dari alam semesta," kata astronom Harvard Abraham Loeb, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
Tim Hubble mendorong ke batas-batas kemampuan teleskop Hubble, dan teleskop mungkin tidak akan dapat melihat lebih jauh lagi. Tapi teleskop NASA yang lain yaitu James Webb Space Telescope, yang dijadwalkan untuk beroperasi pada tahun 2018, akan menggali lebih dalam ke masa lalu alam semesta.
Studi terbaru ini telah dipublikasi dalam jurnal Astrophysical Journal Letters.
Sumber:
Space.com
Images courtesy of NASA
Ion Panas Matahari membentuk gelembung di ruang angkasa pada heliosphere
Matahari memuntahkan angin panas berupa ion yang bergerak pada 300 sampai 800 kilometer per detik. Partikel tersebut membentuk semacam gelembung di ruang angkasa pada heliosphere. Ion ini adalah partikel bermuatan yang akan melambat dan berhenti ketika bertumbukkan dengan atom hidrogen dan helium di ruang antar bintang. Tapi atom-atom ini dapat menembus heliosphere, dan satelit dekat bumi yang disebut IBEX, merupakan satelit Interstellar Boundary Explorer, telah mengamati hal tersebut! Gambar di atas menunjukkan apa yang telah direkam IBEX.
Pada bulan Desember 2008, IBEX pertama kali mulai melihat atom netral energik menembus heliosphere. Pada bulan Oktober 2009 tim IBEX telah mengumpulkan cukup data untuk melihat pita IBEX: sebuah daerah berbentuk busur tak terduga di langit memiliki banyak atom netral lebih energik dari yang diharapkan.
Warna menunjukkan berapa banyak atom netral energik yang menghantam heliosphere per detik per sentimeter persegi per keV. Satuan keV, atau kilo-elektron-volt, adalah satuan energi. Atom yang berbeda bergerak dengan energi yang berbeda, sehingga masuk akal untuk menghitung energi atom dengan cara ini.
Anda dapat melihat bagaimana pesawat ruang angkasa Voyager meninggalkan heliosphere. Anda juga dapat melihat bagaimana garis-garis interstellar medan magnet menghindari gelembung ini. Sejak pita IBEX terdeteksi, tim IBEX telah mencoba untuk mencari tahu apa penyebabnya. Mereka pikir itu terkait dengan interstellar medan magnet. Pita telah bergerak dan mengubah intensitas dalam beberapa tahun setelah mereka mengamatinya!
Sebuah kejutan besar, baru-baru ini IBEX mengumumkan bahwa tata surya kita tidak memiliki daerah berbentuk busur ini. Sebelumnya, para ilmuwan berpikir heliosphere menciptakan gelombang kejut berbentuk busur dalam gas antar bintang saat bergerak bersama.
Untuk lebih lanjut tentang IBEX, lihat:
http://ibex.swri.edu/
dan untuk lebih lanjut tentang heliosphere, lihat:
http://en.wikipedia.org/wiki/Heliosphere
Astronom Temukan Planet Berlian dengan Ukuran 2 Kali Bumi
Astronom melaporkan keberadaan "planet berlian" dengan ukuran dua kali lebih besar dan delapan kali massa planet Bumi, dan mengorbit bintang menyerupai matahari.
Planet 55 Cancri e bukanlah planet berlian pertama yang pernah ditemukan, tetapi planet ini adalah yang pertama ditemukan mengorbit bintang menyerupai matahari dan diteliti secara detail mengenai unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya.
Penelitian ini dilakukan oleh Nikku Madhusudhan, peneliti pasca-doktoral bidang fisika dan astronomi di Yale, dan Olivier Mousis dari Institut Penelitian Astrofisika dan Planetologi, Toulouse, Perancis. Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sepertiga massa planet adalah berlian. Sepertiga massa planet ini setara dengan tiga massa Bumi.
Dengan penemuan ini planet yang kaya karbon dan berbatu yang jauh tak lagi bisa diasumsikan memiliki unsur kimia, interior, atmosfer, atau kandungan biologi yang mirip dengan Bumi.
Sebenarnya planet berlian ini telah diobservasi tahun lalu, namun pada saat itu para peneliti pertama mengasumsikan bahwa unsur kimia planet ini mirip dengan Bumi.
Setelah analisis mendetail dari tim peneliti gabungan Amerika dan Prancis, mereka mendapati bahwa planet 55 Cancri e memiliki struktur berbeda dengan Bumi.
Rupanya planet ini sebagian besar terdiri dari gabungan karbon (seperti grafit dan berlian), besi, karbid silikon, dan silikat. Seperti ditulis para peneliti dalam laporan yang dimuat di jurnal Astrophysical Journal Letters.
Permukaan planet ini sepertinya ditutupi oleh grafit dan berlian dan bahkan planet ini sepertinya sama sekali tak punya air. Dan sekitar sepertiga dari massa planet bisa terbuat dari berlian, sejenis karbon yang sangat padat.
Para peneliti memperkirakan radius planet saat berada di depan bintangnya. Informasi ini, digabung dengan perkiraan massanya, digunakan untuk menentukan model komposisi planet. Berdasarkan perhitungan tersebut, mereka kemudian menentukan apa saja elemen yang bisa menghasilkan ukuran dan massa yang spesifik.
Planet 55 Cancri e mengorbit bintangnya sangat cepat, satu tahun di Bumi berlalu hanya 18 jam di planet tersebut. Dan karena terletak sangat dekat dengan bintangnya, suhu di permukaan rata-rata 3900 derajat Fahrenheit (2148 derajat Celsius), sangat tidak memungkinkan adanya kehidupan.
Planet yang hanya 40 tahun cahaya dari Bumi dan terletak di konstelasi Cancer ini membuka kemungkinan-kemungkinan baru dalam mempelajari proses geokimia dan geofisika pada planet-planet seukuran Bumi lain di sekitar bintang terdekat.
Pakar astronomi Universitas Princeton, David Spergel, mengatakan, penelitian atas struktur dasar dan sejarah sebuah planet menjadi mudah jika massa dan usia planet itu diketahui. Bintang-bintang itu cukup sederhana, dengan melihat massa dan usia bintang, Anda bisa tahu struktur dasar serta sejarahnya.
"Planet-planet ini jauh lebih kompleks. Planet berlian ini adalah salah satu contoh kekayaan alam semesta yang sewaktu-waktu bisa ditemukan saat kita mengeksplorasi planet-planet di sekitar bintang terdekat," kata Spergel.
Jadi jika seandainya Anda bisa sampai di sana Anda akan sangat kaya. Tetapi Anda tidak akan mau tinggal disana..............
570-megapixel Dark Energy Camera berharap untuk membuka rahasia alam semesta
Kamera Dark Energy saat ini merupakan kamera paling kuat di dunia, yang dipasang pada teleskop Blanco di Chili. Seperti dilansir dari The Verge, pencitraan kamera ini adalah 570-megapiksel yang menggunakan sebuah array dari 74 sensor CCD. Butuh waktu delapan tahun untuk membangun kamera ini.
Tujuan utama Kamera Dark Energy adalah untuk survei lebih dari 100.000 kluster galaksi, beberapa di antaranya berjarak 8 miliar tahun cahaya. Kamera mengambil gambar pertama minggu lalu. Digambar di atas adalah 47 Tucanae star cluster, yaitu "hanya" sekitar 17.000 tahun cahaya dari Bumi. Pada gambar di bawah, Anda juga dapat melihat gambar dari galaksi spiral NGC 1365, yang terletak sekitar 60 juta tahun cahaya dari Bumi.
Dengan menggunakan kamera ini selama lima tahun ke depan, para ilmuwan mengambil bagian dalam Kolaborasi Survey Dark Energy berharap untuk menangkap seperdelapan dari langit. Foto-foto tidak akan hanya disimpan ke album foto galaksi terbaik dari semua waktu atau di-upload ke Instagram, ada tujuan yang lebih besar bekerja di sini.
Akhirnya, survei langit akan membantu tim Dark Energy memahami mengapa alam semesta mengembang pada tingkat percepatan, sebagai ekspansi diyakini disebabkan oleh kekuatan misterius yang dikenal sebagai "energi gelap." Untuk tujuan ini, para ilmuwan dari 23 lembaga di Amerika Serikat, Spanyol, Inggris, Brazil, dan Jerman telah menciptakan Survey Dark Energy untuk menemukan empat potong penting bukti untuk mendukung teori Dark Energy.
Pertama, para ilmuwan akan mencari supernova, karena semua bintang meledak memiliki luminositas yang hampir sama. Dengan pemikiran ini, para ilmuwan dapat menggunakan bintang meledak sebagai beacon cahaya untuk menentukan di mana dan bagaimana galaksi berkembang dengan menghitung peningkatan panjang gelombang (atau pergeseran merah ) dari cahaya bintang.
Lain konstan bahwa para ilmuwan dapat menarik gambar dari baryon acoustic oscillations (BAO), yang dianggap telah berubah sejak Big Bang dari partikel super panas menjadi materi. Gelombang BAO terus melakukan perjalanan melalui ruang saat ini, meninggalkan gumpalan materi yang dapat digunakan para ilmuwan untuk mempelajari sejarah ekspansi alam semesta.
Kamera Dark Energy juga dapat melihat perubahan yang terjadi pada penciptaan dan kepadatan kluster galaksi di langit. Terakhir, tim akan melihat bagaimana cahaya dibengkokkan oleh massive objects pada efek yang disebut gravitasi lensing untuk menentukan di mana letak energi gelap berada.
Jupiter cukup besar untuk menelan semua planet di tata surya
Volume adalah hal yang rumit. Otak kita cukup pandai menilai ukuran linear relatif. Tetapi volume meningkat jauh lebih cepat dari ukuran linear. Ambil kubus di mana masing-masing pihak merupakan satu sentimeter. Memiliki volume satu sentimeter kubik (cc). Sekarang dua kali lipat panjang setiap sisi 2 cm. Ini terlihat dua kali lebih besar, tapi volumenya naik ke 8 cc! Volume kubus adalah panjang x lebar x tinggi.
Spheres adalah cara yang sama: volume meningkat dengan kubus radius. Secara khusus, volume = 4/3 x x π (radius) 3 . Jadi satu bidang mungkin terlihat sedikit lebih besar daripada yang lain, tetapi sebenarnya memiliki volume yang lebih banyak.
Demikianlah cara membandingkan Jupiter dengan planet lain, dan Saturnus terlihat hanya sedikit lebih kecil, radius Saturnus adalah sekitar 60.000 km dibandingkan dengan Jupiter 71.000. Tapi itu ternyata membuat perbedaan besar dalam volume!
Berikut ini merupakan tabel untuk membandingkan planet. Kolom nomor pertama adalah radius khatulistiwa planet di kilometer (planet terbesar adalah bukan bola yang sempurna, tetapi karena Anda akan melihat ini tidak masalah). Kolom Angka kedua adalah volume km kubik berdasarkan radius. Yang ketiga adalah volume planet dibagi dengan volume Jupiter (sehingga rasio itu = 1 untuk Jupiter sendiri). Kolom terakhir adalah sama, tapi dibulatkan ke dua desimal untuk membuatnya lebih mudah untuk dibaca.
Kesimpulan besar di sini adalah cukup jelas ketika Anda melihat kolom terakhir. Meskipun Saturnus hanya sedikit lebih kecil dari Jupiter, hanya memiliki 60% dari volume Jupiter! Uranus dan Neptunus bersama-sama hanya 9%. Jika Anda menggabungkan semua planet-planet di tata surya kita, mereka menambahkan hingga hanya sekitar 70% dari volume Jupiter. Yang meninggalkan banyak ruang tersisa untuk semua bulan dan asteroid di tata surya!
Jadi Jupiter benar-benar adalah sebuah rakasa. Ada setengah-lelucon astronom mengatakan: Tata surya terdiri dari Matahari, Jupiter, dan puing-puing berbagai macam. Seperti yang Anda lihat, itu benar-benar tidak jauh dari kebenaran!
Referensi: http://blogs.discovermagazine.com/badastronomy/2012/08/22/bafact-math-jupiter-is-big-enough-to-swallow-all-the-rest-of-the-planets-whole/
Gambar kredit: NASA
Mars Rover Curiosity, Robot Paling Canggih Keingintahuan Manusia Mendarat di Mars
Mars rover Curiosity, Robot paling canggih NASA seharga $2.5 billion dollars telah mendarat di Planet Merah. Kendaraan ini tergantung oleh tali dari ransel roket, mendarat di Mars untuk mengakhiri penerbangan 36 minggu dan memulai penyelidikan dua tahun.
Mars Science Laboratory (MSL) pesawat ruang angkasa yang membawa Curiosity Rover berhasil dalam setiap langkah pendaratan paling kompleks yang pernah dicoba di Mars, termasuk pemutusan akhir dari tali kekang dan manuver dari ransel roket.
![]() |
Foto pertama Curiosity |
Hari ini, roda Rasa ingin tahu telah mulai merintis jalan untuk jejak kaki manusia di Mars. Curiosity merupakan rover paling canggih yang pernah dibangun, sekarang di permukaan Planet Merah, di mana ia akan berusaha untuk menjawab pertanyaan kuno tentang apakah kehidupan pernah ada di Mars - atau jika planet ini dapat menopang kehidupan di masa depan. Bagi NASA, ini merupakan prestasi yang menakjubkan, yang dimungkinkan oleh sebuah tim ilmuwan dan insinyur dari seluruh dunia dan dipimpin oleh pria dan wanita luar biasa dari NASA dan Jet Propulsion Laboratory. Presiden Obama telah meletakkan visi yang berani untuk mengirim manusia ke Mars di pertengahan-2030, dan pendaratan kendaraan canggih ini menandai langkah signifikan terhadap pencapaian tujuan tersebut.
Planet-Planet Pemecah Rekor di Alam Semesta
Dalam jangka waktu 50 tahun terakhir, dunia telah memiliki teleskop canggih dengan kemampuan luar biasa dan astronom-astronom yang tak kalah "sakti". Planet, galaksi, satelit dan tata surya baru ditemukan.
Diantara banyak objek yang ditemukan, planet merupakan salah satu objek yang cukup menarik. Beberapa planet layak dimasukkan dalam "Guiness Book of Records" milik semesta karena menjadi yang "paling luar biasa" diantara yang biasa.
Salah satunya adalah planet SWEEPS-10, planet yang berjarak hanya 1.184.000 km dari bintangnya, alias hanya tiga kali jarak Bumi-Bulan. Dengan demikian, planet ini menjadi planet dengan periode revolusi tercepat, hanya 10 jam! Bayangkan satu tahun hanya 10 jam saja.
Ada juga salah satu planet terbesar yang diketahui, TrES-4, yang berukuran 1,7 kali Jupiter. Planet ini juga dinobatkan sebagai planet paling aneh karena massa jenisnya hanya sebesar massa jenis gabus (0,2 g/cm3).
"Karena gaya tariknya yang rendah pada lapisan atas atmosfernya, atmosfer planet ini mungkin 'terbang' menyerupai ekor komet," kata Georgi Mandushev dari Lowell Observatory di Arizona seperti dikutip Daily Mail.
Planet Methusela (PSR B1620-26 b) menjadi planet yang tertua, salah satu kakek di semesta. Planet ini eksis sejak 12,7 miliar tahun lalu, 8 miliar tahun lebih tua dari Bumi.
Methusela terbentuk 8 miliar tahun setelah Big Bang. Penemuannya di tahun 1993 mengubah persepsi tentang pembentukan planet. Penemuannya menunjukkan adanya planet-planet tua di semesta.
Di sisi lain, ada planet yang dinobatkan sebagai yang termuda. Planet ini belum dinamai, namun diketahui mengorbit bintang Coku Tau. jaraknya cukup dekat, hanya 420 tahun cahaya dari Bumi.
Planet terpanas yang pernah ditemukan adalah WASP-12b, planet gas yang suhunya mencapai 2.200 derajat Celsius. Ukurannya juga menjadikannya salah satu planet terbesar, 2 kali Jupiter.
Sementara, planet terdingin adalah OGLE-BLG-390L. Temperaturnya adalah -220 derajat Celsius, mendekati nol mutlak. Planet ini juga menjadi salah satu planet terjauh, berjarak 28.000 tahun cahaya dari Bumi.
Epsilon Eridani (b) menjadi planet ekstrasurya terdekat dari Bumi, hanya 10,5 tahun cahaya. Planet ini bisa dilihat dengan teleskop walaupun tak menjanjikan kehidupan bagi manusia.
Terakhir adalah planet terkecil di luar Tata Surya, yakni Kepler 10b. Ukurannya hanya 1,4 kali lebih besar dari Bumi. Jarak planet ini 560 tahun cahaya dari Bumi dan ditemukan pada Januari 2011.
Source:
http://sains.kompas.com
Galaksi Bimasakti Dipenuhi 160 Miliar Planet
Galaksi Bimasakti ternyata merupakan galaksi padat planet. Studi terbaru menyatakan bahwa Bimasakti memiliki lebih banyak planet daripada bintang. Jumlah planet diperkirakan mencapai 160 miliar, sedangkan jumlah bintang adalah 100 miliar.
Statistik ini menunjukkan bahwa planet di sekeliling bintang adalah biasa, tak istimewa. Mulai sekarang, kita harus melihat bahwa galaksi tidak hanya dipadati miliaran bintang, bayangkan bahwa mereka dikelilingi planet ekstrasurya.
Tercatat sebelumnya telah ada lebih dari 700 planet di luar tata surya kita yang terkonfirmasi. Sementara itu, masih ada lagi 2.300 kandidat planet yang ditemukan wahana Kepler milik NASA yang menunggu kepastian.
Planet-planet itu ditemukan dengan dua metode, transit fotometri dan radial velocity. Metode pertama mendeteksi planet dari kedipan cahaya bintang sebagai tanda adanya planet yang mengelilingi. Cara kedua dengan melihat "goyangan" bintang sebagai hasil gravitasi planet.
Dalam studi ini, peneliti memakai metode baru yang disebut gravitational microlensing. Dalam metode ini, planet dideteksi dengan adanya cahaya bintang yang dibiaskan atau dimagnifikasi oleh obyek yang mengelilinginya.
Peneliti mengungkapkan, gravitational microlensing memiliki kelebihan dibanding transit fotometri dan radial velocity. Gravitational velocity bisa mendeteksi adanya planet yang terletak jauh dari bintangnya, berbeda dengan kedua teknik lain yang bias pada planet yang dekat bintang.
Berdasarkan riset, peneliti menunjukkan bahwa seperenam Bimasakti dihuni oleh planet seukuran Jupiter, setengahnya oleh planet seukuran Neptunus dan dua pertiganya oleh super-Earth. Itu pun hanya yang ada pada jarak yang sudah terdeteksi.
Peneliti menemukan bahwa planet bermassa rendah, seperti super-Earth (1-10 kali massa Bumi) dan serupa Neptunus, lebih melimpah daripada planet raksasa seperti Jupiter dan Saturnus (kira-kira 6-7 kali lebih banyak dari planet massa rendah).
Planet yang sebenarnya ada di Bimasakti mungkin sedikit lebih banyak daripada yang telah terhitung. Pada jarak yang belum bisa terdeteksi, mungkin masih ada banyak planet lagi.
Penemuan lain yang dipublikasikan tahun lalu dan dilakukan dengan teknik microlensing menunjukkan adanya planet seukuran Jupiter yang melayang sendirian, yatim piatu, tidak mengorbit bintang. Jumlah planet ini diperkirakan melebihi planet "normal" hingga 50 persen.
Kedua hasil penelitian dengan microlensing menunjukkan bahwa planet ada di mana saja, tidak selalu mengorbit bintang.
Sementara itu, "anomali" lain adalah ditemukannya planet yang berada pada sistem bintang ganda. Ini dulu hanya bisa dibayangkan dalam film fiksi ilmiah Star Wars.
William Welsh, astronom dari San Diego State University, mengungkapkan, "Alam sepertinya suka membentuk planet sebab planet itu ditemukan di tempat yang diperkirakan sulit mendukung pembentukan planet."
Topik Lainnya: astronomi, astrofisika, asteroid, planet, riset, sains
Statistik ini menunjukkan bahwa planet di sekeliling bintang adalah biasa, tak istimewa. Mulai sekarang, kita harus melihat bahwa galaksi tidak hanya dipadati miliaran bintang, bayangkan bahwa mereka dikelilingi planet ekstrasurya.
Tercatat sebelumnya telah ada lebih dari 700 planet di luar tata surya kita yang terkonfirmasi. Sementara itu, masih ada lagi 2.300 kandidat planet yang ditemukan wahana Kepler milik NASA yang menunggu kepastian.
Planet-planet itu ditemukan dengan dua metode, transit fotometri dan radial velocity. Metode pertama mendeteksi planet dari kedipan cahaya bintang sebagai tanda adanya planet yang mengelilingi. Cara kedua dengan melihat "goyangan" bintang sebagai hasil gravitasi planet.
Dalam studi ini, peneliti memakai metode baru yang disebut gravitational microlensing. Dalam metode ini, planet dideteksi dengan adanya cahaya bintang yang dibiaskan atau dimagnifikasi oleh obyek yang mengelilinginya.
Peneliti mengungkapkan, gravitational microlensing memiliki kelebihan dibanding transit fotometri dan radial velocity. Gravitational velocity bisa mendeteksi adanya planet yang terletak jauh dari bintangnya, berbeda dengan kedua teknik lain yang bias pada planet yang dekat bintang.
Berdasarkan riset, peneliti menunjukkan bahwa seperenam Bimasakti dihuni oleh planet seukuran Jupiter, setengahnya oleh planet seukuran Neptunus dan dua pertiganya oleh super-Earth. Itu pun hanya yang ada pada jarak yang sudah terdeteksi.
Peneliti menemukan bahwa planet bermassa rendah, seperti super-Earth (1-10 kali massa Bumi) dan serupa Neptunus, lebih melimpah daripada planet raksasa seperti Jupiter dan Saturnus (kira-kira 6-7 kali lebih banyak dari planet massa rendah).
Planet yang sebenarnya ada di Bimasakti mungkin sedikit lebih banyak daripada yang telah terhitung. Pada jarak yang belum bisa terdeteksi, mungkin masih ada banyak planet lagi.
Penemuan lain yang dipublikasikan tahun lalu dan dilakukan dengan teknik microlensing menunjukkan adanya planet seukuran Jupiter yang melayang sendirian, yatim piatu, tidak mengorbit bintang. Jumlah planet ini diperkirakan melebihi planet "normal" hingga 50 persen.
Kedua hasil penelitian dengan microlensing menunjukkan bahwa planet ada di mana saja, tidak selalu mengorbit bintang.
Sementara itu, "anomali" lain adalah ditemukannya planet yang berada pada sistem bintang ganda. Ini dulu hanya bisa dibayangkan dalam film fiksi ilmiah Star Wars.
William Welsh, astronom dari San Diego State University, mengungkapkan, "Alam sepertinya suka membentuk planet sebab planet itu ditemukan di tempat yang diperkirakan sulit mendukung pembentukan planet."
Topik Lainnya: astronomi, astrofisika, asteroid, planet, riset, sains
Langit Indonesia Akan Dihiasi Gerhana Bulan Total Terakhir Pada Tahun 2011.
Pada hari Sabtu (10/12/2011), langit malam di Indonesia akan dihiasi oleh gerhana Bulan. Gerhana ini cukup istimewa sebab menjadi Gerhana Bulan Total terakhir pada tahun 2011.
Gerhana mulai terjadi pada pukul 18.35 WIB ditandai dengan mulai bersentuhannya cakram Bulan terhadap penumbra. Namun, tahap awal gerhana akan sulit dilihat secara kasatmata. Gerhana baru bisa dilihat jelas sekitar pukul 19.46 WIB, saat bulan bersentuhan dengan umbra.
"Totalitas, yakni tertutupinya cakram Bulan secara sepenuhnya oleh umbra, terjadi pukul 21.07 hingga 21.57 WIB, selama 50 menit, dengan puncak gerhana pukul 21.32," Menurut Astronom Ma'rufin Sudibyo dalam posting di jejaring sosialnya.
Gerhana mulai terjadi pada pukul 18.35 WIB ditandai dengan mulai bersentuhannya cakram Bulan terhadap penumbra. Namun, tahap awal gerhana akan sulit dilihat secara kasatmata. Gerhana baru bisa dilihat jelas sekitar pukul 19.46 WIB, saat bulan bersentuhan dengan umbra.
"Totalitas, yakni tertutupinya cakram Bulan secara sepenuhnya oleh umbra, terjadi pukul 21.07 hingga 21.57 WIB, selama 50 menit, dengan puncak gerhana pukul 21.32," Menurut Astronom Ma'rufin Sudibyo dalam posting di jejaring sosialnya.
Saat totalitas terjadi, jangan dikira Bulan akan lenyap. Bulan akan "berdarah", berwarna kemerahan seperti yang sering diperlihatkan dalam film tentang manusia serigala.
Tak seperti gerhana Matahari, gerhana Bulan aman disaksikan tanpa alat dan pelindung. Karena terjadi tak terlalu malam, gerhana Bulan kali ini pas dinikmati sambil minum kopi atau bercengkerama bersama teman.
Jangan lupa, Anda pun bisa menyiapkan kamera DSLR untuk mengabadikan momen gerhana ini. Membuat serangkaian foto gerhana dari tahap awal hingga akhir patut dicoba.
Ada yang unik dari gerhana kali ini. Saat totalitas terjadi, Bulan akan tampak berada di depan Bimasakti. Jadi, jika dilihat, di belakang Bulan berdarah akan tampak kabut tipis.
Bimasakti adalah galaksi tempat Bumi bernaung. Bimasakti juga merupakan "monster" yang telah menelan galaksi-galaksi kecil lain serta sebagai salah satu galaksi tertua di semesta.
Bulan berdarah juga akan memiliki beberapa pendamping malam Minggu nanti. Salah satunya Jupiter, yang sejak beberapa waktu lalu terus-menerus tampak dan bisa dilihat dengan mata telanjang.
Selain itu, bintang Sirus yang menjadi bintang paling terang setelah Matahari juga akan terlihat. Ada juga gugus tujuh bintang bersaudara atau Pleiades. Galaksi Awan Magellan Kecil dan Besar juga akan terlihat.
Semua benda langit yang terlihat saat gerhana menjanjikan pemandangan yang menarik pada malam Minggu nanti. Akan tetapi, semua bisa lenyap tak terlihat apabila langit berawan dan hujan. Jadi, berdoa saja hal itu tak terjadi.
Gerhana kali ini bisa dilihat oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Indonesia juga beruntung karena berpeluang menyaksikan seluruh tahap gerhana. Amerika Selatan, Afrika barat, dan seluruh wilayah Atlantik tak bisa menikmati gerhana ini.
Gerhana Bulan Total terjadi saat Bumi, Matahari, dan Bulan berada di satu garis lurus. Bulan akan ada di umbra (bayang-bayang inti) dan penumbra (tambahan) Bumi. Gerhana Bulan Total adalah salah satu fenomena alam yang telah dinikmati selama ribuan tahun, yang diterjemahkan menjadi makna yang berbeda di setiap kebudayaan.
Source: http://kompas.com
Topik Terkait: astronomi, sains, fenomena alam,
Planet Kepler-22b “Bumi Baru" Yang Berpotensi Mendukung Kehidupan
Tim peneliti NASA mengumumkan temuan penting dalam upaya menguak keberadaan planet yang bisa mendukung kehidupan (habitable). Mereka mendapati planet lain yang berotasi cukup dekat dengan mataharinya, di orbit yang berpotensi mendukung kehidupan. Adalah Kepler-22b yang ditemukan oleh teleskop luar angkasa Kepler.
Para ilmuwan terus mengkaji temuan planet baru tersebut. Berdasarkan penelitian terbaru, Kepler-22b teridentifikasi besarnya dua kali ukuran bumi, dengan temperatur rata-rata 22 derajat Celcius. Jaraknya 600 tahun cahaya dari Bumi. Planet itu mengorbit di ‘habitable zone’ atau kawasan di ruang angkasa yang cukup jauh dari mataharinya memungkinkan keberadaan air di permukaannya , dan di duga juga memiliki atmosfer yang bisa mendukung kehidupan.
Seperti diketahui, teleskop Kepler yang diluncurkan NASA mengawasi 155.000 bintang untuk mencari keberadaan planet-planet layak huni.
Bintang di sekitar orbit Kepler-22b, berada di konstelasi Lyra dan Cygnus, ukurannya lebih kecil dari matahari dan 25 persen lebih redup.
Planet tersebut mengorbit bintangnya dalam waktu 290 hari, dengan jarak 15 persen lebih dekat dari jarak Bumi ke Matahari. Kepler-22b berada tepat di tengah zona habitasi bintang, sebuah kondisi yang sempurna bagi kehidupan.
Sementara dua planet lainnya yang mengorbit pada bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan Matahari, baru-baru ini ditemukan di tepi zona layak huni mereka. Orbit mereka lebih mirip dengan Mars dan Venus.
Laporan tentang penemuan tersebut akan dipublikasikan oleh Astrophysical Journal.
Para ilmuwan terus mengkaji temuan planet baru tersebut. Berdasarkan penelitian terbaru, Kepler-22b teridentifikasi besarnya dua kali ukuran bumi, dengan temperatur rata-rata 22 derajat Celcius. Jaraknya 600 tahun cahaya dari Bumi. Planet itu mengorbit di ‘habitable zone’ atau kawasan di ruang angkasa yang cukup jauh dari mataharinya memungkinkan keberadaan air di permukaannya , dan di duga juga memiliki atmosfer yang bisa mendukung kehidupan.
Seperti diketahui, teleskop Kepler yang diluncurkan NASA mengawasi 155.000 bintang untuk mencari keberadaan planet-planet layak huni.
Bintang di sekitar orbit Kepler-22b, berada di konstelasi Lyra dan Cygnus, ukurannya lebih kecil dari matahari dan 25 persen lebih redup.
Planet tersebut mengorbit bintangnya dalam waktu 290 hari, dengan jarak 15 persen lebih dekat dari jarak Bumi ke Matahari. Kepler-22b berada tepat di tengah zona habitasi bintang, sebuah kondisi yang sempurna bagi kehidupan.
Sementara dua planet lainnya yang mengorbit pada bintang yang lebih kecil dan lebih dingin dibandingkan Matahari, baru-baru ini ditemukan di tepi zona layak huni mereka. Orbit mereka lebih mirip dengan Mars dan Venus.
Laporan tentang penemuan tersebut akan dipublikasikan oleh Astrophysical Journal.
NASA, Foto Terbaru Permukaan Bulan
NASA memublikasikan gambar-gambar yang sebelumnya belum pernah diketahui khalayak seputar tiga titik pendaratan di Bulan. Foto-foto resolusi tinggi ini menampilkan gambar yang sangat detail atas situs eksperimen, jejak kaki para astronot, serta kendaraan di Bulan.
Dalam sebuah jumpa pers, Jim Green, Director Planetary Science Division NASA memperlihatkan foto-foto situs pendaratan Apollo 12, 14, dan 17 yang diambil oleh Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).
“Kita bisa melihat jejak bekas langkah kaki para astronot dengan detail yang lebih baik dan melihat dari mana mereka mengambil sampel-sampel bebatuan di Bulan,” kata Noah Petro, geolog bulan di Goddard Space Flight Center NASA, seperti dikutip dari Huffington Post.
Menurut Mark Robinson, peneliti dari Arizona State University yang bertugas sebagai peneliti utama studi LRO, foto-foto baru ini berbeda dengan foto-foto permukaan Bulan yang sebelumnya pernah diambil.
Gambar dari Narrow Angle Camera pada ketinggian rendah memperdalam pengetahuan kita terhadap permukaan Bulan. Salah satu contoh adalah tajamnya bekas jejak kendaraan penjelajah di situs pendaratan Apollo 17. Pada foto terdahulu, jejak tersebut memang terlihat, namun kini garis paralel tajam terlihat di permukaan.
Foto-foto terbaru ini juga menggambarkan bahwa banyak puing-puing tertinggal di permukaan Bulan di saat para ilmuwan tengah memprihatinkan banyaknya sampah yang tertinggal di ruang angkasa, di orbit planet Bumi.
Adapun misi ke Bulan berikutnya NASA adalah mengirimkan sensor kembar untuk mempelajari gravitasi Bulan. Data yang dikumpulkan akan memberikan informasi bagi ilmuwan untuk lebih memahami bahan-bahan pembentuk Bulan, hingga sampai ke intinya.
Dalam sebuah jumpa pers, Jim Green, Director Planetary Science Division NASA memperlihatkan foto-foto situs pendaratan Apollo 12, 14, dan 17 yang diambil oleh Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO).
“Kita bisa melihat jejak bekas langkah kaki para astronot dengan detail yang lebih baik dan melihat dari mana mereka mengambil sampel-sampel bebatuan di Bulan,” kata Noah Petro, geolog bulan di Goddard Space Flight Center NASA, seperti dikutip dari Huffington Post.
Menurut Mark Robinson, peneliti dari Arizona State University yang bertugas sebagai peneliti utama studi LRO, foto-foto baru ini berbeda dengan foto-foto permukaan Bulan yang sebelumnya pernah diambil.
Gambar dari Narrow Angle Camera pada ketinggian rendah memperdalam pengetahuan kita terhadap permukaan Bulan. Salah satu contoh adalah tajamnya bekas jejak kendaraan penjelajah di situs pendaratan Apollo 17. Pada foto terdahulu, jejak tersebut memang terlihat, namun kini garis paralel tajam terlihat di permukaan.
Foto-foto terbaru ini juga menggambarkan bahwa banyak puing-puing tertinggal di permukaan Bulan di saat para ilmuwan tengah memprihatinkan banyaknya sampah yang tertinggal di ruang angkasa, di orbit planet Bumi.
Adapun misi ke Bulan berikutnya NASA adalah mengirimkan sensor kembar untuk mempelajari gravitasi Bulan. Data yang dikumpulkan akan memberikan informasi bagi ilmuwan untuk lebih memahami bahan-bahan pembentuk Bulan, hingga sampai ke intinya.
Ditemukan Awan Air Terbesar di Jagad Raya
Para ilmuwan baru-baru ini berhasil menemukan massa air raksasa terbesar dan tertua di jagad raya.
Massa air berbentuk awan itu, berusia 12 miliar tahun dan diperkirakan mengandung massa air yang besarnya 140 triliun kali lipat dari seluruh massa air yang ada di bumi.
Awan uap air itu dikelilingi oleh sebuah lubang hitam supermasif yang dikenal dengan quasar, berada di lokasi yang berjarak sekitar 12 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Seperti dikutip stasiun berita MSNBC, para ilmuwan mengatakan bahwa temuan ini membuktikan bahwa air telah ada sejak awal keberadaan jagad raya
"Karena cahaya yang kita lihat meninggalkan kuasar itu lebih dari 12 tahun cahaya, kita melihat kehadiran air hanya sekitar 1,6 milar setelah awal dari jagad raya," ujar Alberto Bolatto, salah seorang peneliti dari University of Maryland lewat sebuah pernyataan.
Penemuan ini menandai keberadaan air semiliar tahun lebih dekat dengan peristiwa dentuman besar.
Quasar adalah obyek bercahaya dan paling energetik di alam raya. Kuasar ditenagai oleh lubang hitam besar yang menghisap gas-gas dan debu di sekitarnya lalu memuntahkan energi dalam jumlah besar.
Para tim astronom berhasil mendeteksi dan mengkonfirmasi keberadaan awan air itu di sekeliling quasar, melalui dua teleskop berbeda, satu di Hawaii dan satu lagi di California.
Peneliti memperkirakan, bahwa uap air itu terbentuk di awal kemunculan alam raya. Jadi, penemuan awan tua ini tida terlalu mengagetkan mereka. "Ini adalah bukti selanjutnya di mana air meresap ke seluruh alam semesta, bahkan di saat-saat yang sangat awal," kata pemimpin penulis riset, Matt Bradford, dari Jet Propulsion Laboratory NASA di Pasadena, California.
Quasar APM 08279+5255 mengandung uap air yang besarnya 4.000 kali lebih besar daripada galaksi Bima Sakti, kata para peneliti. Hal ini mungkin dikarenakan banyak air di galaksi Bima Sakti yang berwujud es, bukan uap.
Uap air di quasar didistribusikan ke sekitar lubang hitam masif di wilayah yang panjangnya mencakup ratusan tahun cahaya. Awan tersebut memiliki suhu minus 63 derajat Fahrenheit (-17,2 derajat celsius), namun, atmosfer bumi memiliki kepadatan yang 300 triliun kali lebih padat daripada awan tersebut.
Setidaknya, awan itu lima kali lebih panas, dan 10 sampai 100 kali lebih padat daripada apa yang biasa dijumpai di galaksi-galaksi, termasuk Bima Sakti, kata para peneliti. Awan air itu juga mengungkap info penting lain tentang quasar.
Pengukuran uap air dan molekul-molekul lain seperti karbon monoksida, mengungkap kemungkinan bahwa terdapat jumlah gas yang cukup bagi lubang hitam untuk berkembang hingga sekitar enam kali dari ukuran sebelumnya. Temuan ini akan segera dipublikasikan pada Astrophysical Journal Letters.
Ukuran Alam Semesta 250 Kali Lipat Lebih Luas
Apakah alam semesta memiliki ukuran pasti atau tak terbatas? Berhubung ukuran alam semesta yang dapat dilihat semakin meluas, benda berjarak terjauh yang bisa dilihat menjadi jauh lebih tua dibanding yang diperkirakan yakni sekitar 14 miliar tahun.
Diketahui, photon pada latar belakang gelombang mikro kosmik telah menempuh waktu 45 miliar tahun untuk tiba di Bumi. Itu berarti, alam semesta yang terlihat oleh mata setidaknya memiliki ukuran seluas 90 miliar tahun cahaya.
Namun demikian, ternyata alam semesta jauh lebih luas lagi. Ini bisa diketahui berkat analisis statistik yang dibuat oleh Mihran Vardanyan dan rekan-rekannya, peneliti dari University of Oxford.
Menurut Vardanyan, seperti dikutip dari Daily Galaxy, kunci dari mengetahui ukuran sebenarnya dari alam semesta adalah dengan mengukur lengkungannya.
Sebelumnya, astronom memiliki beberapa metode untuk mengukur lengkungan tersebut. Salah satunya, menurut Technology Review dari Massachusetts Institute of Technology, adalah menggunakan objek yang berada di jarak jauh yang sudah diketahui ukurannya dan membandingkan dengan seberapa besar ia terlihat.
Jika objek itu tampak lebih besar dibanding seharusnya, alam semesta tertutup. Jika ukurannya tampak sama seperti seharusnya, alam semesta berbentuk datar. Namun, jika lebih kecil, berarti alam semesta terbuka (tak terhingga).
Masalahnya, saat ilmuwan mengamati berbagai data dari bermacam model, mereka mendapatkan jawaban yang berbeda-beda untuk mengetahui jawaban pasti seputar lengkungan dan ukuran alam semesta. Lalu, mana yang paling akurat di antaranya?
Terobosan yang diambil Vardanyan dan timnya disebut dengan nama Bayesian modelaveraging. Teknik ini lebih cerdas dibandingkan dengan menggunakan pengukuran lengkungan yang umum digunakan ilmuwan untuk menjelaskan data yang mereka miliki.
Menurut permodelan yang dibuat Vardanyan, lengkungan alam semesta sangat dekat dengan 0. Dengan kata lain, kemungkinan besar, alam semesta berukuran datar.
Sebuah alam semesta yang berbentuk datar juga bisa tak terbatas. Dan kalkulasi yang dibuat oleh Vardanyan juga konsisten dengan hal ini. Dari perhitungan, alam semesta memiliki ukuran setidaknya 250 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan Hubber volume yang berukuran 13,8 miliar tahun cahaya.
Diketahui, photon pada latar belakang gelombang mikro kosmik telah menempuh waktu 45 miliar tahun untuk tiba di Bumi. Itu berarti, alam semesta yang terlihat oleh mata setidaknya memiliki ukuran seluas 90 miliar tahun cahaya.
Namun demikian, ternyata alam semesta jauh lebih luas lagi. Ini bisa diketahui berkat analisis statistik yang dibuat oleh Mihran Vardanyan dan rekan-rekannya, peneliti dari University of Oxford.
Menurut Vardanyan, seperti dikutip dari Daily Galaxy, kunci dari mengetahui ukuran sebenarnya dari alam semesta adalah dengan mengukur lengkungannya.
Sebelumnya, astronom memiliki beberapa metode untuk mengukur lengkungan tersebut. Salah satunya, menurut Technology Review dari Massachusetts Institute of Technology, adalah menggunakan objek yang berada di jarak jauh yang sudah diketahui ukurannya dan membandingkan dengan seberapa besar ia terlihat.
Jika objek itu tampak lebih besar dibanding seharusnya, alam semesta tertutup. Jika ukurannya tampak sama seperti seharusnya, alam semesta berbentuk datar. Namun, jika lebih kecil, berarti alam semesta terbuka (tak terhingga).
Masalahnya, saat ilmuwan mengamati berbagai data dari bermacam model, mereka mendapatkan jawaban yang berbeda-beda untuk mengetahui jawaban pasti seputar lengkungan dan ukuran alam semesta. Lalu, mana yang paling akurat di antaranya?
Terobosan yang diambil Vardanyan dan timnya disebut dengan nama Bayesian modelaveraging. Teknik ini lebih cerdas dibandingkan dengan menggunakan pengukuran lengkungan yang umum digunakan ilmuwan untuk menjelaskan data yang mereka miliki.
Menurut permodelan yang dibuat Vardanyan, lengkungan alam semesta sangat dekat dengan 0. Dengan kata lain, kemungkinan besar, alam semesta berukuran datar.
Sebuah alam semesta yang berbentuk datar juga bisa tak terbatas. Dan kalkulasi yang dibuat oleh Vardanyan juga konsisten dengan hal ini. Dari perhitungan, alam semesta memiliki ukuran setidaknya 250 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan Hubber volume yang berukuran 13,8 miliar tahun cahaya.
Teori Relativitas Einstein yang Dibuktikan NASA
Alat pengukur gravitasi milik Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, berhasil membuktikan dua asumsi kunci yang dicetuskan Albert Einstein dalam teori relativitas. Teori ini dicetuskan oleh Einstein pada 52 tahun yang lalu.
Misi The Gravity Probe-B (GP-B) diluncurkan pada tahun 2004 untuk mempelajari dua asumsi Einstein. Pertama, mengenai efek geodesi, atau adanya lengkungan ruang dan waktu di sekitar gravitasi. Kedua, asumsi mengenai frame-dragging, yang menjelaskan jumlah struktur ruang-waktu yang terpilin akibat rotasi suatu massa.
Bayangkan bumi seakan-akan terbenam di benda seperti madu, ketika bumi berotasi, madu di sekitarnya akan membentuk pusaran yang mengikuti (swirl), begitu pula dengan ruang dan waktu. Demikian menurut analogi Francis Everitt, peneliti Stanford University yang juga peneliti utama GP-B.
Gravity Probe-B menggunakan empat gyroscope (pengukur orientasi) dengan tingkat ketepatan ultra tinggi untuk mengukur dua hipotesa gravitasi ini. Alat ini kemudian mengkonfirmasi kedua efek gravitasi dengan mengarahkan alat ini ke bintang yang disebut IM Pegasi, untuk menciptakan presisi yang netral.
Jika gravitasi tidak berdampak terhadap ruang dan waktu, maka gyroscope GP-B akan menunjuk ke arah yang sama saat probe itu berada di kutub orbit sekitar bumi. Bagaimana pun, gyroscopes memiliki perubahan kecil tapi terukur terhadap arah putaran daya tarik bumi.
"Hasil misi ini akan memiliki dampak jangka panjang terhadap teori yang dimiliki ahli fisika," kata Bill Danchi, ahli antrofisika dan pengamat di Markas Nasa di Washington.
"Setiap teori yang meragukan teori Einstein dalam hal relativitas umum akan mencoba untuk mencari hasil pengukuran yang tepat dari yang telah dilakukan GP-B," lanjut Danchi.
Hasil ini menjadi proyek terpanjang yang dilakukan NASA, yang telah terlibat dalam penelitian gyroscope untuk relativitas sejak 1963.
Penelitian dan percobaan yang dilakukan selama berpuluh tahun ini telah merintis teknologi untuk mengendalikan gangguan yang bisa mempengaruhi pesawat ulang-alik, seperti daya tarik aerodinamis, medan magnet, dan variasi hawa panas. Lebih jauh, misi pelacak bintang dan gyroscope NASA merupakan alat dengan presisi tertinggi yang pernah didesain dan diproduksi.
18 April 2011 Asteroid Berkekuatan 15 Bom Atom Dekati Bumi
Sejumlah astronom amatir dari seluruh dunia telah menemukan sebuah asteroid yang diperkirakan akan melintas di dekat Bumi pada Senin malam, 18 April 2011 mendatang. Saat ini, asteroid 2011 GP59 itu berada pada jarak 10 kali dibanding jarak Bumi dengan bulan.
Penampakan asteroid yang berkelap-kelip membuat para pengamat tertarik. Ternyata, diketahui bahwa asteroid berbentuk seperti cerutu ini berputar dari ujung ke ujung secara cepat.
“Umumnya, jika ada asteroid berlaku demikian, artinya objek itu berbentuk memanjang dan kita melihat sisi panjangnya dan kemudian sisi sempitnya saat ia berotasi,” kata Don Yeomans, Manager of Near-Earth Object Program Office, NASA, seperti dikutip dari News.com.
GP59, menurut Yeomans, diperkirakan memiliki ukuran panjang 50 meter dan periode rotasinya mencapai sekitar 7,5 menit. Ini membuat tingkat kecerahan objek itu berubah setiap sekitar 4 menit.
Namun demikian, Yeoman yang lembaganya bertugas melacak karakteristik asteroid, dan komet melindungi umat manusia dari hantaman benda-benda tersebut menyebutkan bahwa, kita tidak perlu khawatir.
Meski baru ditemukan, lokasi orbital dari asteroid 2011 GP59 bisa ditentukan. Tidak ada peluang batu ruang angkasa ini memasuki atmosfir Bumi saat ia melintas dalam waktu dekat, ataupun di masa depan.
Ini tentunya merupakan kabar gembira. Karena, meski ukuran 50 meter terdengar kecil, akan tetapi ukuran itu 5 kali lebih besar dibandingkan dengan asteroid yang meledak 15 kilometer di atas Indonesia, pada Oktober 2009 lalu.
Sebagai informasi, saat asteroid itu meledak, ia mengeluarkan energi sama dengan kekuatan ledakan 3 bom atom. Artinya, asteroid yang ditemukan kali ini memiliki kekuatan ledak 15 kali bom atom jika tiba di atmosfir Bumi. Untungnya, jika asteroid yang meledak di atas Indonesia luput dari pantauan astronom, setidaknya asteroid yang akan mendekat kali ini sudah diketahui keberadaannya
Penampakan asteroid yang berkelap-kelip membuat para pengamat tertarik. Ternyata, diketahui bahwa asteroid berbentuk seperti cerutu ini berputar dari ujung ke ujung secara cepat.
“Umumnya, jika ada asteroid berlaku demikian, artinya objek itu berbentuk memanjang dan kita melihat sisi panjangnya dan kemudian sisi sempitnya saat ia berotasi,” kata Don Yeomans, Manager of Near-Earth Object Program Office, NASA, seperti dikutip dari News.com.
GP59, menurut Yeomans, diperkirakan memiliki ukuran panjang 50 meter dan periode rotasinya mencapai sekitar 7,5 menit. Ini membuat tingkat kecerahan objek itu berubah setiap sekitar 4 menit.
Namun demikian, Yeoman yang lembaganya bertugas melacak karakteristik asteroid, dan komet melindungi umat manusia dari hantaman benda-benda tersebut menyebutkan bahwa, kita tidak perlu khawatir.
Meski baru ditemukan, lokasi orbital dari asteroid 2011 GP59 bisa ditentukan. Tidak ada peluang batu ruang angkasa ini memasuki atmosfir Bumi saat ia melintas dalam waktu dekat, ataupun di masa depan.
Ini tentunya merupakan kabar gembira. Karena, meski ukuran 50 meter terdengar kecil, akan tetapi ukuran itu 5 kali lebih besar dibandingkan dengan asteroid yang meledak 15 kilometer di atas Indonesia, pada Oktober 2009 lalu.
Sebagai informasi, saat asteroid itu meledak, ia mengeluarkan energi sama dengan kekuatan ledakan 3 bom atom. Artinya, asteroid yang ditemukan kali ini memiliki kekuatan ledak 15 kali bom atom jika tiba di atmosfir Bumi. Untungnya, jika asteroid yang meledak di atas Indonesia luput dari pantauan astronom, setidaknya asteroid yang akan mendekat kali ini sudah diketahui keberadaannya
Infografis Yuri Gagarin Manusia Pertama Yang Berhasil Menembus Luar Angkasa.
Bulan April ini menandai peringatan setengah abad manusia pertama yang berhasil menembus luar angkasa.
Semua tahu bahwa Yuri Gagarin adalah manusia pertama yang berhasil menerabas luar angkasa. Tapi tak banyak yang mengetahui bagaimana Gagarin berhasil melakukannya.
Situs Space.com membuat infografis yang sangat informatif terhadap upaya awal manusia untuk bisa menaklukan antariksa ini. Berikut ini keterangan dari infografis tadi:
Dengan apa?
Yuri Gagarin berhasil menembus luar angkasa menumpang pesawat luar angkasa Vostok-1. Pesawat luar angkasa ini sebelumnya telah melakukan tujuh misi ujicoba, antara lain membawa binatang dan peralatan, bahkan, beberapa kali di antaranya mengalami kegagalan.
Kapan?
Namun demikian, Vostok-1 kemudian dinyatakan siap untuk membawa manusia pertama. Pada 12 April 1961, pesawat ini diawaki oleh pilot Angkatan Udara Uni Soviet berusia 27 tahun bernama Yuri Gagarin.
Apa roket yang meluncurkan Vostok-1?
Saat roket meluncur dari bumi, Vostok-1 didorong oleh roket R-7, yang merupakan misil balistik antar benua pertama di dunia. Roket ini pertama kali dikembangkan oleh Soviet , pada 1950-an untuk membawa hulu ledak nuklir dengan daya jelajah yang bisa mencapai separuh negara di bumi.
Bagaimana kondisi Gagarin saat terbang ke luar angkasa?
Setelah meluncur selama 11 menit dan 16 detik dari atas permukaan bumi, Vostok-1 melepaskan diri dari roket. Pesawat luar angkasa ini masuk dalam orbit bumi. Yuri Gagarin sendiri terikat pada sabuk pengaman di kursi lontar di dalam kabin bertekanan berukuran 2,3 meter. Kapsul tersebut dilengkap dengan beberapa tangki cadangan oksigen dan nitrogen, antena-antena, serta perangkat optik untuk melihat bumi.
Apa yang ia lakukan selama di dalam kabin?
Tak seperti kapsul luar angkasa mililk AS, seperti Mercury, pilot Vostok tidak dibebani tugas untuk mengendalikan pesawat luar angkasa. Gagarin lebih mirip sekadar menjadi penumpang. Namun dalam kondisi darurat, ia juga bisa mengendalikan pesawat ini secara manual.
Bagaimana cara Gagarin kembali ke bumi?
Setelah sekali memutari bumi pada jalur orbitnya, Gagarin kembali ke atmosfer bumi. Saat ia mendarat, Gagarin tidak berada di dalam kapsul luar angkasanya. Pada ketinggian 7000 meter di atas permukaan laut, ia melontar keluar (eject) dari kapsul dan mendarat terpisah dengan kapsul, masing-masing menggunakan parasut. Hal ini dilakukan demi alasan keamanan. Namun, hal ini dirahasiakan oleh Uni Soviet hingga bertahun-tahun, bahkan sampa beberapa dekade.
Subscribe to:
Posts (Atom)