Uji coba tersebut menggunakan nanoshell, nanopartikel yang dapat diaktivasi menggunakan cahaya. Nanoshell tersebut didesain untuk menghancurkan tumor glioma dengan panas. Metode ini digunakan untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan dari obat-obatan dan terapi lewat radiasi.
Peneliti melaporkan, lebih dari separuh hewan yang menerima perawatan dengan nanoshell untuk mengatasi tumor glioma tidak menunjukkan tanda-tanda mengidap kanker hingga tiga bulan setelah perawatan. Hasil uji coba tersebut kemudian dilaporkan pada jurnal Neuro-Oncology.
“Babak pertama dari uji coba terhadap hewan ini menunjukkan bahwa suatu saat, terapi photothermal dengan nanoshell bisa menjadi pilihan masuk akal bagi pasien glioma,” kata Jennifer West, profesor bioengineering dan Kepala Departemen Bioengineering, Rice University.
Seperti dikutip dari MedIndia, peneliti menyuntikkan nanoshell pada tikus lalu menunggu selama 24 jam agar nanopartikel berakumulasi di dalam tumor.
Kemudian, sinar laser yang mendekati sinar infra merah--yang tidak berbahaya bagi jaringan yang sehat--dipancarkan ke arah tumor selama tiga menit. Nanoshell tersebut kemudian mengkonversi sinar laser menjadi panas yang mampu mematikan tumor.
Dari tujuh hewan yang mendapatkan perawatan nanoshell, kanker kembali muncul pada tiga hewan di antaranya. Empat hewan lainnya tetap terbebas dari kanker bahkan hingga 90 hari setelah perawatan.