"Sekarang, waktunya tepat karena sejumlah hal," ujar Deputi Gubernur BI Budi Rochadi di Jakarta, Senin malam, 24 Januari 2011.
Pertama, menurut dia, kondisi makroekonomi sedang stabil. Inflasi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan tren penurunan. Bahkan, bank sentral sedang mengarah pada inflasi setara dengan level di kawasan, yakni 3,5 persen.
Kedua, Indonesia menghadapi tantangan pemberlakuan masyarakat ekonomi Asean pada 2015. Pada saat itu, BI berharap mata uang Indonesia bisa setara dengan mata uang negara tetangga lainnya. "Ini akan lebih mudah lagi jika diberlakukan mata uang bersama Asean."
Ketiga, soal efisiensi dalam transaksi. Dengan jumlah angka yang lebih sederhana, maka biaya infrastruktur sistem pembayaran seperti di perbankan akan lebih murah ketimbang digitnya lebih banyak. "Contohnya, bagi perbankan semakin banyak angka di komputer, biayanya akan lebih mahal."
Keempat, sejatinya saat ini sebagian masyarakat, seperti restoran dan cafe-cafe sudah menerapkan redenominasi. Misalnya, harganya Rp20 ribu, tapi cuma dipajang Rp'2'.
Budi menekankan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah sepakat dengan rencana redenominasi. "Presiden sudah tugaskan Wapres untuk bahas dengan BI soal tindaklanjut redenominasi." ( vivanews)