Otot padat dan kuat pada leher burung pelatuk memberi kekuatan  mematuk berkali-kali. Otot ekstra pada kepala burung membuat burung ini  tak merasa kesakitan. Otot ini bertindak seperti helm pelindung otak.
Tak  seperti otak manusia,  otak burung pelatuk ‘dijaga’ ketat otot dan tulang kepala. Hal ini  membuat otak burung tak berguncang-guncang ketika sedang mematuk-matuk  cabang pohon. Sepermilidetik sebelum mematuk, otot burung ini  berkonstraksi.
Kemudian diikuti penutupan kelopak mata dalam.  Kelopak mata ini berfungsi seperti sabuk pengaman mata, kata  ophthalmolog Ivan Schwab dari  University of California Davis. “Tanpa kelopak ekstra, retina burung ini bisa pecah atau keluar”.
‘Perlengkapan’ keamanan ini sangat penting bagi pelatuk jantan yang mematuk 12.000 kali tiap hari selama musim kawin. Burung ini hanya mematuk dengan patukan lurus pada pohon. Burung ini mencegah trauma kepala dengan bergerak dari satu sisi ke lainnya.
