Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sedang mengembangkan sistem operasi mobile (ponsel) yang diberi nama Bandung Raya Operating System (Bandros) yang dikembangkan dari basis open source Linux, ditujukan untuk komersial yang menyasar segmen korporat.
Penyempurnaan Bandros telah dilakukan selama 1 tahun belakangan. Segmen pasar korporat yang bisa menjadi basis pengguna OS ini seperti rumah sakit, kepentingan sensus dan pemilu, serta kegiatan intelijen.
Menurut keterangan Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI L.T. Handoko, pengembangan Bandros telah dimulai sejak 2006 bersamaan dengan sistem operasi IGOS Nusantara 2006. IGOS Nusantara ditujukan untuk laptop dan desktop, sedangkan Bandros untuk telepon selular.
Bandros dapat digunakan untuk panggilan darurat dan pelacak keberadaan pasien. Selain itu, untuk kepentingan internal perusahaan dan pemerintah. Dia mencontohkan, Bandros dapat digunakan untuk membantu sensus penduduk atau pemilu. Misalnya untuk rekapitulasi data pemilu, disebar ke TPS. Atau untuk pengisian data Keluarga Berencana (KB). Disamping itu Bandros juga akan menyasar berbagai lembaga survei.
Untuk perangkat keras Bandros menggunakan pasokan dari PT. INTI yang sempat memproduksi komponen untuk vendor ponsel lokal yakni IMO. Selain itu, LIPI juga menggunakan perangkat keras impor dari China. Untuk harga, Handoko mengklaim mampu membuat ponsel Bandros dengan harga berkisar Rp350.000 hingga Rp500.000. Ada pun, harga akan disesuaikan dengan kebutuhan klien.
Selain menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak, LIPI juga menyediakan jasa server untuk menampung data klien. Saat ini LIPI memiliki pusat data di Cibinong. Jika klien membutuhkan, LIPI mampu menyediakan server untuk menampung jumlah data yang lebih banyak.
“Yang akan kami pasarkan bukan ponsel dengan sistem operasinya saja, tetapi end to end enterprise solution. Kami dapat menyesuaikan kebutuhan konsumen dengan BandrOS,” tambah Handoko.
Adapun, pemilihan segmen pasar korporat dengan kebutuhan khusus, kata Handoko memiliki celah bisnis yang lebih luas daripada harus bersaing dengan ponsel multi purpose seperti bersistem operasi Android. Namun, saat ini solusi korporat ini belum dipasarkan oleh LIPI. Handoko menyebutkan pihaknya masih bernegosiasi untuk membahas pembagian royalti dengan pihak ketiga.
Pada peluncuran, LIPI memamerkan prototipe ponsel pintar berbasis Bandros dengan menggunakan prosesor MTK 6575-Cortex A9 1GHz yang sudah mampu menggunakan jaringan GSM. Tak hanya itu, prototipe ini menggunakan layar sentuh, dual SIM, dan kamera 2 MP. LIPI membagikan 15 prototipe kepada pimpinan kementerian dan lembaga yang hadir.
Penelitian BandrOS pada awalnya dianggarkan sebesar Rp250 juta. Namun, LIPI hanya menghabiskan Rp50 juta saja.
Selain Bandros, saat ini Pusat Penelitian Informatika LIPI menyiapkan aplikasi early warning system (EWS) untuk bencana alam seperti tsunami. Aplikasi ini bersifat open source dan nantinya dapat digunakan pada sistem operasi manapun.
Via: Harian Jogja