Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.Yang terutama terganggu adalah mekanisme pengaturan tidur, dimana tahap tidur REM dapat menembus kesadaran disaat kita terjaga. Tahap tidur REM adalah tahap dimana kita bermimpi (lihat bagian Gambaran Pola Tidur.) Tidak jarang penderitanya berada dalam kondisi tidak sepenuhnya terjaga atau tidak sepenuhnya tertidur.Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):
1. Rasa kantuk berlebihan (EDS)
2. Katapleksi (cataplexy)
3. Sleep paralysis
4. Hypnagogic/hypnopompic hallucination.
Rasa kantuk yang berlebihan di siang hari merupakan gejala umum gangguan tidur. Tetapi jika rasa kantuk ini timbul pada orang yang tidak menderita OSA (Obstructive Sleep Apnea) ataupun PLMS (Periodic Limb Movements) dengan disertai gejala lain (4 gejala klasik,) narkolepsi harus dipertimbangkan sebagai diagnosa.Katapleksi merupakan gejala khas narkolepsi yang ditandai dengan melemasnya otot secara mendadak. Otot yang melemas bisa beberapa otot saja sehingga kepala terjatuh, mulut membuka, menjatuhkan barang-barang, atau bisa juga keseluruhan otot tubuh.
Keadaan ini dipicu oleh lonjakan emosi, baik itu rasa sedih maupun gembira. Biasanya emosi positif lebih memicu katapleksi dibanding emosi negatif.
Pada sebuah penelitian penderita narkolepsi diajak menonton film komedi, dan saat ia terpingkal-pingkal tiba-tiba ia terjatuh lemas seolah tak ada tulang yang menyangga tubuhnya.Penderita narkolepsi dapat mengingat semua kejadian selama serangan yang berlangsung selama beberapa detik hingga menit.
Tetapi, dalam suasana yang kondusif dan nyaman, ketika mengalami serangan katapleksi seorang penderita dapat langsung tertidur pulas. Kondisi ini perlu dibedakan dengan sinkop atau serangan kejang dimana penderitanya tidak dapat mengingat segala kejadian selama serangan.Tidak semua penderita narkolepsi mengalami katapleksi. Beberapa orang tidak mengalami katapleksi sama sekali atau baru merasakannya setelah beberapa tahun.
Hypnagogic / hypnopompic hallucination merupakan halusinasi yang sering kali muncul begitu saja saat penderita hendak tidur. Isi halusinasi secara misterius sering kali menyeramkan. Yang paling sering dilaporkan adalah kehadiran orang asing di sudut kamar. Tidak jarang penderita menceritakan kehadiran seorang teman di kamar tidurnya yang sebenarnya tidak sedang berkunjung. Kondisi ini sering kali mengarahkan diagnosa pada gangguan-gangguan kejiwaan.Padahal yang terjadi adalah kesadaran mimpi yang menerobos kesadaran terjaga, sehingga muncul sebagai halusinasi. Ini biasanya terjadi pada saat peralihan dari sadar ke tidur (hypnagogic) atau dari tidur ke sadar (hypnopompic.)
Sleep paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur, sleep paralysis bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga menimbulkan pengalaman yang menakutkan bagi penderitanya.
Ini terjadi karena gelombang tidur REM (mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga seolah penderita bermimpi di siang bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam tahap tidur REM seluruh otot tubuh (kecuali mata dan pernafasan) menjadi lumpuh total.Untuk menegakkan diagnosa, selain keempat gejala klasik tadi diperlukan juga pemeriksaan Polysomnografi (sleep study). Pemeriksaan dilakukan semalaman dan dilanjutkan dengan Multiple Sleep Latency Test (MSLT.) MSLT adalah sleep study yang dilakukan di pagi hingga sore hari untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat tertidur di pagi/siang hari. Pemeriksaan dibagi menjadi 5 kali tidur siang, dimana setiap kalinya pasien diberi waktu 20 menit untuk jatuh tidur dengan tidur pertama berjarak 1,5 hingga 3 jam setelah bangun pagi. Penderita narkolepsi tertidur kurang dari 5 menit dan biasanya dari 5 tidur siang terdapat 2 sleep onset REM (SOREM.) SOREM adalah kondisi dimana gelombang otak penderita berubah langsung dari terjaga ke REM.
Pada narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi, selain menggunakan MSLT diagnosa dapat juga ditegakkan dengan ditemukannya antigen khusus (HLA DQB1*0602) atau rendahnya kadar hipokretin (orexin) dalam cairan serebro spinal. Walaupun tidak spesifik untuk memeriksa narkolepsi, pemeriksaan ini dapat membantu diagnosa. Biasanya pasien tanpa katapleksi yang tes DQB1*0602-nya positif, baru akan diperiksakan kadar hipokretin.
Sleep paralysis dan hypnagogic hallucination tidak hanya terjadi pada penderita narkolepsi. Anda tentu pernah mengalaminya, setidaknya sekali dalam sepanjang hidup. Saat kelelahan dan mempunyai hutang tidur yang menumpuk, tanpa disadari Anda pun langsung jatuh pada tahap tidur REM (SOREM.) Antara sadar dan bermimpi Anda seolah melihat bayangan gelap melintas di depan, dalam ketakutan Anda ingin beranjak, tetapi seluruh tubuh lumpuh tak mau bergerak hingga akhirnya Anda tersadar penuh dan bertanya-tanya tentang kejadian yang baru saja dialami. Pengalaman mistis?
Narkolepsi merupakan gangguan yang penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Penelitian dengan menggunakan anjing-anjing narkoleptik masih terus dilakukan dan mulai menampakkan titik terang.
Walau demikian, dengan perawatan yang tepat dan penuh disiplin, seorang penderita narkolepsi dapat hidup normal. Apalagi dengan disertai dukungan dari keluarga dan para sahabat yang siap menjaga keselamatan si penderita. Kecelakaan sering terjadi karena serangan lumpuh (paralysis) yang muncul tiba-tiba saat memasak, mengendara, menyetrika atau berendam.
Penderita narkolepsi yang berada dalam pengobatan dapat mengendara jarak dekat secara aman. Bahkan dikatakan bahwa mereka berada dalam kondisi yang lebih aman dibandingkan dengan orang ’normal’ yang sedang kurang tidur!
Penyakit ini juga tidak dapat dikatakan penyakit keturunan. Meskipun ada anak yang menderita narkolepsi seperti orang tuanya, kebanyakan penderita mempunyai anak-anak yang normal. Jadi jika pasangan Anda menderita narkolepsi jangan ragu untuk menikahinya.
Source:
http://sleepclinicjakarta.tblog.com