Hasilnya, banyak manusia modern yang hidup di masa kini membawa satu sampai empat persen gen manusia Neanderthal.
Seperti dikutip dari Discovermagazine, Svante Paabo dan timnya dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, menganalisa tiga tulang Neanderthal yang ditemukan di gua Vindija di Kroasia.
Paabo kemudian membandingkan genome-nya dengan milik manusia modern yang tinggal di kawasan selatan Afrika, Afrika Barat, Papua New Guinea, China, dan barat Eropa.
Ternyata, Neanderthal memiliki banyak kesamaan dengan mereka yang tinggal di Eropa dan Asia Timur dibandingkan dengan mereka yang tinggal di Afrika.
“Tautan gen di antara dua kelompok manusia ini kemungkinan terjadi sebelum manusia modern datang ke dataran Eropa sekitar 30 sampai 40 ribu tahun lalu,” kata Paabo menyimpulkan.
Temuan Paabo ini serupa dengan temuan antropolog genetik dari University of Mexico. Ketika itu, sekelompok antropolog itu menganalisa data dari 1.983 manusia modern asal Afrika, Eropa, Asia, Oceania, dan Amerika.
Kesimpulannya, Neanderthal atau kelompok manusia purba lain pasti pernah kawin silang dengan nenek moyang manusia modern setidaknya satu kali, di kawasan timur Mediterania, sesaat setelah manusia bermigrasi keluar dari Afrika.
Diperkirakan, ini juga yang menyebabkan mengapa rekam jejak genetik Neanderthal hadir di seluruh manusia modern non Afrika, tidak hanya manusia Eropa saja. “Saat ini, kita sedang berupaya untuk mengetahui lebih lanjut berapa banyak kawin silang telah terjadi,” kata Keith Hunley, peneliti dari University of Mexico. (zmescience.com)