Dokter umumnya mendiagnosa kondisi tersebut sebagai gangguan tidur. Untuk merawat mereka yang terkena “middle-of-the-night insomnia” itu, dokter memberikan resep obat-obatan.
Dari penelitian terakhir, kondisi terjaga di tengah malam tersebut sama sekali bukanlah hal yang abnormal. Kondisi itu merupakan ritme alami tubuh manusia.
Menurut sejarawan dan psikiater, kebiasaan tidur rutin selama delapan jam seperti yang biasa dilakukan saat ini tidak pernah ditemukan sebelumnya dalam sejarah kehidupan manusia.
“Kita telah tidur secara salah selama ini. Jika Anda mengalami insomnia, kemungkinan Andalah manusia normal,” kata Roger Ekirch, peneliti asal Virginia Tech University, seperti dikutip dari Life’s Little Mysteries.
Ekirch menyebutkan, pola tidur dominan, sejak jaman dahulu kala adalah dua tahap. Manusia tidur dalam dua blok waktu berperiode empat jam. Setiap tahapan tidur itu dipisahkan oleh periode terjaga di tengah malam yang berlangsung selama satu jam atau lebih.
“Di masa terjaga ini, orang dahulu kadang tetap berbaring di tempat tidur, berdoa, memikirkan mimpinya, atau berbicara dengan pasangannya,” kata Ekrich. “Sebagian manusia lain kemungkinan bangun dan melakukan hal-hal lain atau bahkan mengunjungi tetangga sebelum kembali tidur”.
Bukti-bukti tentang adanya “tidur tahap pertama” atau “deep sleep” dan “tidur tahap kedua” atau “morning sleep” sendiri banyak ditemukan, umumnya pada literatur ataupun dokumen-dokumen di era pra industrial di Eropa.
Namun lambat laun, sejak abad ke 19, referensi seputar tidur secara bertahap mulai musnah. “Saat ini, perilaku tersebut malah disebut sebagai insomnia.”
Bagi umat Islam, bangun tengah malam itu sangat dianjurkan dan memiliki nilai ibadah yang tinggi jika dilakukan untuk sholat terutama sholat tahajjud.