Foto pribadi Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, bocor di situs jejaringnya sendiri gara-gara kecacatan dalam sistem Privacy. Ada total 14 foto Mark yang terpampang dengan headline It's time to fix those security flaws Facebook, atau dalam bahasa Indonesia: Saatnya memperbaiki cacat-cacat dalam keamananmu, Facebook.
Facebook mengatakan bahwa cacat tersebut hanya sementara dan sekarang sudah diperbaiki. Dengan adanya cacat tersebut, pengguna bisa mengakses foto orang lain bahkan foto pribadi. Masalah tersebut telah menyertakan perubahan pada syarat dan kondisi yang membuat semua foto-foto Anda dan status properti Facebook dan perubahan pengaturan yang membuat segala sesuatu pada profil setiap orang diakses oleh search engine secara default.
Kecacatan ini pertama diperbincangkan di forum BodyBuilding.com, sebuah situs diskusi di mana banyak foto narsis dipasang oleh anggotanya. Menanggapi semua laporan kecacatan ini, Mark berjanji akan meningkatkan sistem keamanan Facebook dengan baik, lebih baik dari perusahan manapun di dunia.
Source: http://thehackernews.com
Topik Lainnya: facebook, internet, hacking, news
Home » Posts filed under privacy
Showing posts with label privacy. Show all posts
Showing posts with label privacy. Show all posts
Daftar 25 Password Yang Rawan Dibobol Hacker
Password sangat identik dengan privasi. Oleh karena itu, pemilihan password haruslah hati-hati, jangan sampai password yang anda buat mudah dibobol oleh orang lain. SplashData, sebuah perusahaan yang menciptakan aplikasi manajemen data password baru-baru ini telah merilis daftar 25 password yang kerap digunakan dan tak jarang menjadi target para hacker jahat.
CEO SplashData, Morgan Slain menganjurkan kepada mereka yang menggunakan daftar 25 password tersebut untuk segera menggantinya. “Para hacker dapat dengan mudah membobol ke banyak akun dengan cara mencoba password yang umumnya sering digunakan secara berulang-ulang,” ujarnya seperti dikutip dari The Telegraph.
Akun jejaring sosial Facebook kerap menjadi sasaran empuk para hacker. Bulan lalu, terungkap bahwa ratusan hacker mencoba untuk mencari korban di jejaring sosial terpopuler ini. Sasarannya adalah untuk mendapatkan foto, pesan serta informasi personal lainnya.
Berikut ini adalah daftar password yang rawan dibobol Hacker hasil rilis dari SplashData:
1. password
2. 123456
3.12345678
4. qwerty
5. abc123
6. monkey
7. 1234567
8. letmein
9. trustno1
10. dragon
11. baseball
12. 111111
13. iloveyou
14. master
15. sunshine
16. ashley
17. bailey
18. passw0rd
19. shadow
20. 123123
21. 654321
22. superman
23. qazwsx
24. michael
25. football
CEO SplashData, Morgan Slain menganjurkan kepada mereka yang menggunakan daftar 25 password tersebut untuk segera menggantinya. “Para hacker dapat dengan mudah membobol ke banyak akun dengan cara mencoba password yang umumnya sering digunakan secara berulang-ulang,” ujarnya seperti dikutip dari The Telegraph.
Akun jejaring sosial Facebook kerap menjadi sasaran empuk para hacker. Bulan lalu, terungkap bahwa ratusan hacker mencoba untuk mencari korban di jejaring sosial terpopuler ini. Sasarannya adalah untuk mendapatkan foto, pesan serta informasi personal lainnya.
Berikut ini adalah daftar password yang rawan dibobol Hacker hasil rilis dari SplashData:
1. password
2. 123456
3.12345678
4. qwerty
5. abc123
6. monkey
7. 1234567
8. letmein
9. trustno1
10. dragon
11. baseball
12. 111111
13. iloveyou
14. master
15. sunshine
16. ashley
17. bailey
18. passw0rd
19. shadow
20. 123123
21. 654321
22. superman
23. qazwsx
24. michael
25. football
Facebook Singkirkan Pengguna di Bawah Umur
Mozelle Thompson, Chief Privacy Adviser Facebook menyebutkan, situs jejaring sosial itu membatalkan keanggotaan hingga 20 ribu pengguna Facebook per harinya. Langkah ini diambil untuk menyingkirkan mereka yang tidak memenuhi syarat yakni 13 tahun ke atas.
Angka 13 tahun tersebut merupakan batas usia minimal yang diperkenankan sistem untuk melakukan pendaftaran. Namun demikian, sistem itu tidaklah sempurna karena tidak ada mekanisme untuk mendeteksi apakah anak-anak melakukan pendaftaran dengan usia palsu.
“Ada banyak orang yang berbohong. Banyak yang masih di bawah 13 tahun namun mendaftar ke Facebook,” ucap Thompson, seperti dikutip dari Associated Press.
Sebagai gambaran, dari penelitian terakhir, hampir separuh dari seluruh remaja berusia 12 tahun di Amerika Serikat menggunakan situs jejaring sosial, dan masalah privasi khususnya pengguna usia muda di Facebook belakangan ini menjadi sorotan.
Awal bulan ini, Al Franken, anggota parlemen dari partai Demokrat di Minnesota, Amerika Serikat menuliskan surat protes ke Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer Facebook. Ia meminta situs jejaring sosial itu merombak pengaturan keamanannya.
“Dalam kebijakan Facebook saat ini, 13 juta pengguna berusia di bawah 18 tahun boleh membagikan informasi pribadi mereka seperti pengguna dewasa,” tulis Franken.
Pengguna usia muda ini, kata Franken, sangat rentan terhadap penjahat yang memanfaatkan Internet atau khususnya Facebook dan seharusnya mereka tidak boleh membagikan nomor telepon dan alamat rumah pada siapapun,” ucapnya.
Namun demikian, angka yang disebut Franken belumlah menggambarkan jumlah pengguna Facebook yang sebenarnya berusia di bawah 13 tahun. Seperti diketahui, situs jejaring sosial dan situs lain yang populer di kalangan anak-anak mengatasi masalah tersebut dengan cara yang berbeda.
Sebagai contoh, MySpace, juga mewajibkan penggunanya berusia 13 tahun ke atas. Namun sama seperti Facebook, ia tidak punya mekanisme untuk melakukan verifikasi terhadap usia pendaftar.
Disney.com memungkinkan anak berusia 12 tahun ke bawah menjelajahi situs itu dan mengumpulkan informasi seputar anak-anak tersebut sebelum mereka diperkenankan untuk berpartisipasi dalam kompetisi, misalnya.
Situs Yahoo beda lagi. Ia tidak memperkenankan anak berusia 12 tahun ke bawah melakukan pendaftaran tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Tetapi sama seperti Disney, mereka hanya membatasi informasi yang digunakan untuk berpartisipasi dalam kompetisi atau fitur interaktif serupa lainnya.
Angka 13 tahun tersebut merupakan batas usia minimal yang diperkenankan sistem untuk melakukan pendaftaran. Namun demikian, sistem itu tidaklah sempurna karena tidak ada mekanisme untuk mendeteksi apakah anak-anak melakukan pendaftaran dengan usia palsu.
“Ada banyak orang yang berbohong. Banyak yang masih di bawah 13 tahun namun mendaftar ke Facebook,” ucap Thompson, seperti dikutip dari Associated Press.
Sebagai gambaran, dari penelitian terakhir, hampir separuh dari seluruh remaja berusia 12 tahun di Amerika Serikat menggunakan situs jejaring sosial, dan masalah privasi khususnya pengguna usia muda di Facebook belakangan ini menjadi sorotan.
Awal bulan ini, Al Franken, anggota parlemen dari partai Demokrat di Minnesota, Amerika Serikat menuliskan surat protes ke Mark Zuckerberg, Chief Executive Officer Facebook. Ia meminta situs jejaring sosial itu merombak pengaturan keamanannya.
“Dalam kebijakan Facebook saat ini, 13 juta pengguna berusia di bawah 18 tahun boleh membagikan informasi pribadi mereka seperti pengguna dewasa,” tulis Franken.
Pengguna usia muda ini, kata Franken, sangat rentan terhadap penjahat yang memanfaatkan Internet atau khususnya Facebook dan seharusnya mereka tidak boleh membagikan nomor telepon dan alamat rumah pada siapapun,” ucapnya.
Namun demikian, angka yang disebut Franken belumlah menggambarkan jumlah pengguna Facebook yang sebenarnya berusia di bawah 13 tahun. Seperti diketahui, situs jejaring sosial dan situs lain yang populer di kalangan anak-anak mengatasi masalah tersebut dengan cara yang berbeda.
Sebagai contoh, MySpace, juga mewajibkan penggunanya berusia 13 tahun ke atas. Namun sama seperti Facebook, ia tidak punya mekanisme untuk melakukan verifikasi terhadap usia pendaftar.
Disney.com memungkinkan anak berusia 12 tahun ke bawah menjelajahi situs itu dan mengumpulkan informasi seputar anak-anak tersebut sebelum mereka diperkenankan untuk berpartisipasi dalam kompetisi, misalnya.
Situs Yahoo beda lagi. Ia tidak memperkenankan anak berusia 12 tahun ke bawah melakukan pendaftaran tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Tetapi sama seperti Disney, mereka hanya membatasi informasi yang digunakan untuk berpartisipasi dalam kompetisi atau fitur interaktif serupa lainnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)